sumpah dikala marah!!

23 Nov

pelayanan petugas atau pegawai perpustakaan wilayah riau akhir2 ini sungguh sangat memuakkan!!. aku bukan anggota yang baru meminjam 2, 3 buku dalam beberapa hari yang lalu, tapi 2014 mendatang sudah memasuki umur yang ke 4. yang mana pada saat itu minat mahasiswa pekanbaru belum semeriah sekarang (meriahnya sudah menyaingi mall diakhir pekan).

jelas salah satu faktornya yaitu overloadnya anggota yang meminjam dan mengembalikan buku pada saat yang bersamaan. nah, disini pulalah para petinggi perpustakaan itu kurang menggunakan OTAK-nya. para petugas ini makin kemari malah semakin menyerupai para pegawai2 pelayanan publik layaknya pegawai dikantor camat, lurah, disdukcapil, dll. yang mana di 3 instansi terakhir itu aku mendapatkan kenangan yang sama memuakkannya. bukan hanya waktu yang terbuang percuma tapi uang pun tersedot secara sukarela yang dipaksakan oleh oknum berperut buncit dikantor tersebut. aku kira, aku tidak berlebihan dalam menuliskan memori jelek akan dinas2 pelayanan publik yang ada di negara yang katanya trio kwek-kwek dalam salah satu lagunya berlirik;

Indonesia tercinta orangnya lucu – lucu
Macam macam budayanya
Indonesia tercinta orangnya ramah – ramah (aku lebih suka menyebutnya MUNAFIK)
Gemah ripah loh jinawi

bukan dengan rencana aku menulis sumpah serapah ini, semua bermula saat aku hendak mengembalikan buku dan meminjam buku kembali seperti yang biasa kulakukan. biasanya aku menitipkan tas yang berisi laptop di tempat penitipan tas dilantai dasar. baru kemudian kelantai 2 mengembalikan buku yang sudah selesai aku baca. jika petugas sudah mengatakan OK, baru aku mulai mencari2 buku yang hendak aku pinjam kembali (masih seperti biasanya). dan masih seperti biasanya pula, proses pengembalian dan peminjaman ini tidak membutuhkan waktu yang lama (tapi itu dulu).

kini, seperti yang sudah aku jelaskan diatas, dengan semakin tingginya minat mahasiswa dipekanbaru untuk membaca atau hanya sekedar nongkrong2 sembari ber wi fi ria bersama teman2 nya. proses itu sudah seperti mengantri bensin dikala pemerintah akan menaikkan harga BBM keesokan harinya (buset parah banget). disatu sisi kita senang dong melihat mahasiswa ini ngantri berjubel di perpustakaan ketimbang kelayapan di mall. Namun disisi lain kita harusnya miris melihat ketidaksiapan petugas/ pegawai perpustakaan dalam menyalurkan hasrat para mahasiwa atau anggota perpustakaan yang lain ini (termasuklah aku disini).

namun sumpah yang kujadikan judul dalam postingan ini bukan perkara antrian itu, tapi malah pada saat perpustakaan ini dalam keadaan sepi. emosiku sudah mulai tersulut ketika baru memasuki halaman parkir motor, seorang petugas/ pegawai yang berpakaian bebas (kalo petugas polisi mah biasa disebut  berpakaian preman) dengan posisi setengah berbaring diatas motor menunjuk kearah belakangnya, yang menandakan kalo tempat parkir dimana dia berbaring itu sudah penuh. kemudian emosi ini semakin menyala tat kala hendak menitipkan tas, petugasnya bilang “apa isinya bang?, lama nggak?, laptopnya dibawa aja, laptop nggak boleh ditinggal!. Nah lho….. lah kan seperti biasanya (senin yang lalu) masih ndak masalah tuh nitipin tas yang ada laptopnya, mengapa hari ini (sabtu) petugas yang jarang aku lihat ini mengatakan “emang peraturannya seperti itu bang”. WTF!!.  taik… akupun berdebat keras dengan sang petugas, mengatakan padanya “aku mau pinjam buku doang bang, nggak perlu bawa laptopkan. dia malah jawab dengan entengnya “ya udah laptopnya dibawa aja, trus tas nya ditipin, kalo gitu nggak masalah”. dengan penuh amarah aku langsung kelantai atas untuk mengembalikan buku dengan tas yang masih aku sandang. setibanya diatas, ketika proses pengembalian bukuku selesai, aku minta tolong sama petugasnya “kak, nitip tas bentar ya, aku mau cari buku sebentar”. petugas itu dengan sopannya menjawab seakan-akan itu hari pertamaku mengembalikan buku dan meminjamnya kembali. “oh tas-nya dititipin dilantai bawah bang”. dengan sabar aku menjelaskan perkara yang barusan aku alami dengan petugas penitipan tas dibawah. sama seperti petugas dibawah, dengan polosnya dia mengatakan “bilang aja nggak ada laptop kok didalamnya”. Fu*k, ini orang dengerin aku cerita nggak sih dari tadi, kampret!!.

akhirnya sumpah itu pun keluar disaat amarah menguasai seluruh aliran darah, aku berkata lirih sambil menatap tajam kepada petugas penjaga tas itu “ini terakhir kali aku minjam buku disini”. kemudian setibanya dimotor sumpah itu kutambahin beberapa kata lagi, hingga akhirnya menjadi

“aku ndak akan kesini lagi. kecuali, kalo memang ada hal yang teramat penting yang membuat aku mau tak mau suka tidak suka menginjakkan kaki lagi di gedung nan mewah ini”.

kejadian ini lagi-lagi membuatku kembali berpikir, bahwa pemerintah memang tidak becus dalam mengurusi rakyatnya. mereka hanya bisa membuat tanpa perduli merawat, mereka tidak bisa menyalurkan orang yang punya minat, bukannya memfasilitasi, mereka malah yang membuat itu semua MATI.

seperti apa yang pernah diucapakan UMAR “pemimpin yang korup berasal dari rakyat yang bermental budak”. jadi, sepertinya visi pemerintahan ini ialah menjadikan rakyatnya sendiri BUDAK dinegrinya sendiri. hingga akhirnya mereka dan anak cucu mereka tetap bisa mewarisi Harta dan Tahta negri ini.

 

Tinggalkan komentar